Apa itu Reksa Dana Syariah dan Bagaimana Pemisahan Hasilnya?

Saat ini, reksa dana syariah menonjol bagi banyak orang, terutama mereka yang menganggap investasinya sebagai riba. Masalahnya, cara kerja investasi reksa dana adalah dana yang dikeluarkan investor dikelola sepenuhnya oleh penyedia reksa dana.

Tak heran jika banyak yang memilih berinvestasi di sektor syariah sebagai alat yang beroperasi di atas prinsip-prinsip hukum agama. Intinya di sini manajer investasi mengalihkan dana klien ke perusahaan berlabel halal.

Oleh karena itu, dana kelolaan tidak ditempatkan pada perusahaan yang menjual dan membeli tembakau, alkohol, makanan tidak halal, dll. Manajer investasi hanya mengelola reksa dana yang tercatat dalam Daftar Efek Syariah (DES).

Sementara itu, akad investasi dibagi menjadi tiga prinsip: kerjasama (Musyarakah), sewa menyewa (Izara), dan bagi hasil (Mudharabah).

Bagi yang tertarik dengan investasi ini, simak ulasan lengkapnya di bawah ini.

Perbedaan Reksa Dana Syariah dan Reksa Dana Konvensional

Sebagaimana dijelaskan di atas, efek yang dijadikan portofolio adalah efek yang tidak melanggar prinsip syariah di pasar modal dimana instrumen yang dipilih oleh manajer investasi berupa saham syariah, sukuk dan efek syariah lainnya.

Lantas, apa bedanya dengan reksa dana konvensional?

1. Berbagai bidang dan industri

Reksa dana konvensional biasanya memiliki aset dasar yang tidak spesifik untuk sektor atau industri tertentu. Hal ini memungkinkan manajer investasi untuk mengalihkan dana milik investor ke sektor atau industri yang tidak halal.

Baca Juga:  Berinvestasi dalam Aplikasi Investasi Terbaik untuk Millenial

2. Bisa menjadi organisasi amal

Perbedaan lain antara reksa dana syariah konvensional dan reksa dana syariah adalah terdapat proses atau fungsi pembersihan untuk membersihkan reksa dana dari pendapatan yang tidak sesuai dengan prinsip syariah. Nantinya, hasilnya digunakan untuk tujuan amal.

Pendapatan berupa harta kekayaan seperti simpanan dan obligasi, serta dana yang dititipkan pada bank wali amanat, lembaga yang bertindak sebagai tempat penitipan kolektif. Sayangnya tidak ada bank kustodian dari bank syariah.

Oleh karena itu, dana yang disimpan tentu akan menerima bunga dari bank. Karena itu, perhatian akan dialihkan ke amal.

3. Mengurangi risiko

Reksa dana syariah kurang berisiko dibandingkan reksa dana konvensional karena perusahaan yang ingin memasukkan sahamnya ke dalam DES hanya dapat memiliki total utang yang lebih sedikit daripada asetnya.

Karena total utang yang rendah, perusahaan dikatakan cukup sehat dan sahamnya akan memberikan imbal hasil yang cukup tinggi. Akibatnya, perputaran laba suatu perusahaan cenderung stabil, sehingga risiko gagal bayar utangnya juga rendah.

4. Pengawasan oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS)

Selain diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), reksa dana syariah juga diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS), yang tidak berlaku untuk reksa dana konvensional. Bahkan, DPS secara langsung membantu manajer investasi, seperti memberikan pertimbangan dana sosial dalam pengembangan produk investasi syariah.

Nah, tahukah Anda apa perbedaan berinvestasi di dua reksa dana? Mari kita simak fakta di bawah ini untuk memiliki keyakinan berinvestasi di pasar syariah.

Fakta Reksa Dana Syariah

Melihat tingginya minat masyarakat terhadap investasi syariah, OJK membeberkan fakta produk-produknya. Berikut adalah beberapa di antaranya.

  • Produk investasi syariah dijamin oleh DPS.
  • Dana tersebut dikelola oleh departemen khusus dan Manajer Investasi Syariah.
  • Ini memiliki berbagai macam produk dan didasarkan pada sekuritas syariah asing pertama di Indonesia.
  • Ini memiliki rata-rata pertumbuhan kapitalisasi pasar tertinggi.
  • Tersedia baik offline maupun online.
Baca Juga:  5 Langkah Pengelolaan Air Limbah Tambang yang Ramah Lingkungan

Untuk itu, reksa dana syariah mungkin bisa menjadi pilihan tepat bagi Anda yang ingin berinvestasi namun tetap mengikuti jalur religi. bagaimana? Berikut panduan lengkapnya:

Panduan Investasi Reksa Dana Syariah

Ada beberapa langkah yang harus dilakukan dalam mentransfer dana ke sektor syariah. Tidak ada apa-apa? Ikuti petunjuk di sini.

1. Pilih Produk Syariah

Langkah pertama yang perlu Anda lakukan adalah memilih manajer investasi yang fokus menjual produk syariah. Dengan demikian, dana yang dibelanjakan ditransfer langsung ke surat berharga yang terdaftar di DES.

Saat ini sudah banyak perusahaan wealth management yang menawarkan investasi syariah. Jika Anda memilih kategori Syariah, Anda juga bisa mengeceknya langsung di situs resmi Barexa. Selain itu, Anda bisa melihat kinerja pengelola sesuai jenis reksa dana.

2. Dari 100.000

Meskipun sektor industri dan kelembagaan ini terbatas, modal awalnya adalah Rp. Sama halnya dengan reksa dana konvensional yang bisa dimulai dari 100.000. Masih kurang ramah kantong?

3. Tidak perlu setoran bulanan

Untuk syariah dan adat, kami mengambil cara kerja yang hampir sama. Salah satunya adalah Anda bisa melakukan top up dana kapan saja. Jadi Anda tidak perlu melakukan setoran bulanan. Namun, investasi erat kaitannya dengan tujuan.

Salah satu cara terbaik untuk mewujudkan tujuan investasi Anda adalah dengan terus-menerus mengisi kembali dana Anda.

Baca Juga:  Temukan 6 Area Penambangan Emas Terbesar di Indonesia

4. Bagaimana memilih produk

Dalam memilih produk, baik produk syariah maupun konvensional memiliki kesamaan. Langkah pertama adalah mengetahui tingkat risiko Anda. Misalnya reksa dana saham yang dikenal dengan high-yield-high-risk, yaitu return dan risk yang sama-sama besar.

Jadi, kecuali Anda tipe orang yang sembrono, sebaiknya pilih produk reksa dana lain yang pergerakannya lebih stabil, seperti reksa dana pasar uang jangka pendek atau reksa dana pendapatan tetap.

Namun, jika Anda berencana untuk berinvestasi dalam jangka panjang, reksa dana saham sangat disarankan.

5. Beli Online

Dengan berkembangnya zaman yang semakin canggih, kini Anda bisa membeli produk investasi syariah secara online layaknya reksa dana konvensional. Anda tidak hanya akan menghemat waktu, Anda juga akan menemukan informasi lengkap tentang manajer investasi dan kinerjanya.

Namun, sebelum membeli produk syariah secara online, sebaiknya Anda sudah mengetahui dan memahami risiko dari jenis reksa dana yang Anda pilih untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal.

6. Pemantauan dan Penjualan

Sekalipun dana yang Anda transfer dikelola oleh manajer investasi, Anda tetap perlu memantau pergerakan produk yang Anda beli. Terutama bagi mereka yang memilih untuk berinvestasi dalam jangka pendek atau menengah.

Jadi, Anda tahu kapan waktu yang tepat untuk menjual reksa dana Anda. Dengan begitu Anda tahu keuntungan yang bisa Anda dapatkan.

Menghitung Keuntungan Reksa Dana Syariah

Gaji Monic adalah Rp. Saya bekerja untuk sebuah perusahaan swasta dari 4,3 juta orang. Membayar upah minimum bukan berarti Monic tidak bisa berinvestasi. Hal ini karena modal investasi berasal dari persentase pendapatan, bukan jumlah nominal.

Mengikuti teori 50/20/30, Monic memperoleh 20% dari pendapatannya, yaitu Rp. 860.000 harus disisihkan untuk investasi dan tabungan. Bagilah dengan 50% dan Monic menginvestasikan Rp 430.000 per bulan.

Imbal hasil yang diharapkan dari Reksa Dana Syariah adalah 10,31%. Berapa return yang bisa didapatkan Monic dengan menginvestasikan Rp 430.000 per bulan secara rutin?

Nominal investasi bulanan: Rp 430.000
Durasi: 1 tahun
Pengembalian Tahunan: 10,31%

Jadi, Rp 430.000 X Rp 5.160.000, yaitu 12 bulan. Return sebesar 10,31% berarti Monic memperoleh return sebesar Rp5.160.000 X 10,31%, atau Rp531.996. Sangat bagus?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *